Wednesday, January 29, 2014

HELIX SEASON 1 EPISODE 1 & EPISODE 2


Jenis : TV Series
Judul : Helix S01E01-E02
Sub-judul : Pilot + Vector
Rilis : 10 Januari 2014
Durasi : 01:18:07
Sutradara : Jeffrey Reiner & Brad Turner
Penulis : Cameron Porsandeh & Keith Huff
Pemain : Billy Campbell, Hiroyuki Sanada, Kyra Zagorsky, Mark Ghanime, Jordan Hayes, Meegwun Fairbrother, Neil Napier, Catherine Lamieux
Sinopsis : Tim medis CDC melakukan investigasi mengenai kemungkinan adanya penyebaran virus di laboratorium penelitian berteknologi tinggi di daerah Arktik hingga mereka mendeteksi suatu virus aneh yang akan sangat mempengaruhi kehidupan umat manusia di masa depan.

Official Trailer

Review
Gue bukanlah seorang penggila film bergenre science fiction terlebih yang menyentuh bidang medis. Makanya, gue rasa ini termasuk salah satu tindakan nekad buat nyobain nonton episode perdana dari film seri baru keluaran SyFy channel ini. Satu nama yang bikin gue tertarik adalah Hiroyuki Sanada. Aktor kawakan asal Jepang ini sejak tahun lalu emang tengah naik daun, kualitas aktingnya juga nggak main-main, keliatan dari dua film layar lebarnya yang belum lama ini tayang, The Wolverine dan 37 Ronin.

Berhubung gue juga masih tergolong baru dalam mengikuti perkembangan TV series di Amrik sono, jadinya gue agak kaget pas tau film ini ngegabungin dua episode pertama dalam penayangan perdananya. Makanya, review ini pun gue gabung menjadi satu postingan. Well, kesan pertama yang gue dapet waktu muter nih film, lumayan keren. Kalo awalnya gue ngira nih film bakal punya cerita kayak Emergency Room, House, atau Grey's Anatomy, ternyata gue salah besar. Alih-alih series yang kental dengan unsur medis, film ini malah menyuguhkan suspense dan thriller dalam porsi besar. Bukan dokter biasa yang terlibat di dalam film ini melainkan para scientist dari Center of Disease Control and Prevention (CDC).

Kisah berawal di sebuah laboratorium pusat penelitian penyakit di Arktik, wilayah antarbangsa, yang ternyata mengalami disease outbreak (penyebaran penyakit) di salah satu sektornya, menewaskan dua scientist dan satu orang selamat tapi dengan kondisi parah karena sudah terkontaminasi virus yang berusaha "mengubah" dirinya. Orang yang terkontaminasi ini langsung dikarantina dan tim investigasi dari CDC pun segera dipanggil ke sana. Pada dasarnya CDC nggak punya otorisasi mutlak di sana, tapi militer Amerika minta bantuan CDC untuk menangani hal tersebut. Well, biasanya CDC memang megang kendali penuh kalo urusan begituan, sayangnya di wilayah antarbangsa kedudukan mereka bakal setara dengan scientists lainnya yang ada di sana, jadi pastinya bakalan berat bagi mereka.

Tim dari CDC ini beranggotakan empat orang dengan latar belakang medis yang beda-beda, dipimpin sama ilmuwan senior, Dr. Alan Farragut (Billy Campbell), wakilnya Dr. Julia Walker (Kyra Zagorsky), yang ternyata adalah mantan istri Alan sendiri. Selain itu ada Dr. Sarah Jordan (Jordan Hayes) yang bisa dibilang masih sedikit jam terbangnya dalam urusan begituan, plus Dr. Doreen Boyle (Catherine Lamieux). Nggak lupa juga Sergio Balleseros (Mark Ghanime) wakil dari militer Amerika, menemani kepergian mereka. Di Arktik, mereka ketemu sama ilmuwan penanggung jawab tempat tersebut, Dr. Hiroshi Hatake (Hiroyuki Sanada) dan bodyguard-nya Daniel Aerov (Meegwun Fairbrother).

Cerita berjalan dengan tempo yang lumayan kebut untuk edisi perdana yang menggabungkan langsung dua episode. Setelah Hatake ngasih tahu seluk-beluk laboratorium raksasa tersebut ke tim CDC, proses penelitian pun langsung dikerjakan. Alan ketemu orang yang terkontaminasi tadi yang ternyata adalah Dr. Peter Farragut, adiknya sendiri yang di masa lalu punya masalah sama Alan gegara diem-diem selingkuh sama istrinya (Dr. Julia Walker). Oke, ini mulai drama keju, tapi tenang aja karena masalah ini bener-bener sekedar tambahan yang nggak terlalu penting buat dibahas, kecuali sebagai penguat karakterisasi dan hubungan antar tokoh-tokohnya saja.

Hingga pertengahan cerita, gue masih ngerasa rada ngantuk karena nggak ada kejadian-kejadian yang berarti. Tapi semua berubah ketika Peter menghilang dari ruang karantinanya. Dia lompat dan ngebobol langit-langit logam, terus kelayapan secara random lewat saluran udara. Yak! Di sini segala kemungkinan jadi muncul. Tim CDC belum bisa tau apa virus yang mengkontaminasi Peter, mereka cuma bisa menyimpulkan kalo virus itu mempengaruhi penderitanya secara mental dan fisik. Awalnya, kehilangan kesadaran, kemudian kayak sakaw, urat-urat hitam bermunculan, pembuluh darah di mata pecah, tenaganya jadi kuat and ganas. Oke, gue sebetulnya agak males pake istilah ini, tapi yah, di dalam cerita ini kita memang bakal dihadapkan sama manusia-manusia yang berubah jadi semacam zombie dengan muntah lendir berwarna hitam.

Gue jadi teringet sama series The Walking Dead. Bedanya, kalo di TWD fokus ke survival para penduduk lokal di tengah-tengah outbreak, nah kalo ini dari sudut pandang para scientist yang berusaha mencegah agar virus penyebab "ke-zombie-an" itu nggak menyebar sampai keluar laboratorium. Sebetulnya, suspense dan thriller-nya sangat berasa. Sayangnya, nggak didukung sama plot twist yang rapi (mungkin karena masih episode awal). Hampir sebagian besar jalan cerita dan teka-tekinya bisa ditebak dengan tepat. Atau mungkin si penulis memang sengaja membuatnya jadi lebih mudah dicerna penonton?

Ada beberapa miss logika di cerita ini, misalnya ada scientist yang pastinya udah tahu resiko apa yang bakal mereka hadapi kalo mendedikasikan diri mereka di tempat tersebut, tapi kok kayaknya pada gampang panik and bertindak di luar kendali pas tahu kalo mereka terkontaminasi virus. Dan bukan cuma itu aja miss logikanya, ada beberapa yang lainnya.

Gue baca di IMDb, dan emang banyak orang yang merasa kesal dengan miss logika di atas itu, tapi yah gue gak setuju kalo cuma begitu aja udah dicap jadi film jelek. Film ini menjanjikan dan bisa berkembang jadi sesuatu yang nggak kita duga-duga. Jadi, gue tetep apresiasi film ini dengan segala kekurangan yang dimiliki. Gue bukan ahli medis, jadinya nggak tahu apakah dialog soal medis di cerita ini udah sesuai sama kenyataan atau nggak, yang jelas gue tetap menikmati.

Cinematography-nya sebenernya standar lah yah, walau untuk special effect tergolong apik. Gue agak terganggu dengan beberapa scene yang sengaja dibikin terlihat jelas ngegabung-gabungin beberapa frame yang terputus secara langsung dalam adegan dialog. Bikin gambar seolah patah-patah, ngasih kesan kalo si editornya nggak mau rugi ngebuang scene-scene gagal saat syuting dan mengambil serpihan demi serpihan yang kemudian digabung paksa. Terus gue ngerasa backsound dan soundtrack yang agak-agak nge-blues dengan irama ceria itu kurang pas sama suasana di dalam cerita. Atau yang ini juga disengaja untuk ngasih kesan "ironi"? Entahlah.

Kesimpulannya, pihak SyFy udah membuat keputusan yang benar dengan menggabungkan dua episode perdana. Soalnya, kalo nonton cuma episode pilot doang, dijamin nggak bakal ada lagi yang mau nonton lanjutannya. Keseruan sesungguhnya baru muncul di episode 2.

Gue nggak bakal ngebuang film Helix ini dari daftar film seri yang bakal gue ikutin terus perkembangannya. Film ini menghibur dan gak bakal bikin kalian sekecewa itu. Oh ya, akting pemainnya bagus banget loh, apalagi Dr. Hiroshi Hatake. Dari luar keliatan kalem and cool. Padahal aslinya ... creepy.

---

Tentang penulis:
Glen Tripollo
Seorang blogger kreatif yang bercita-cita menjadi penulis horror-fantasy profesional. Memiliki passion dan kecintaan yang tinggi terhadap website dan graphic design, juga sangat antusias dalam mempelajari hal-hal baru yang berhubungan dengan media sosial dan internet.


Total Score
7,2 of 10

Helix Fans Networks

No comments:

Post a Comment

Feel free to leave your comments! Harap menjaga bahasa, tidak menyinggung SARA, SPAM dan Flamming. Dilarang keras meninggalkan link aktif di badan komentar. Dilarang keras berkomentar dengan menggunakan akun "Anonymous" atau "Name/URL" yang diisi dengan nama palsu dengan maksud berpromosi.